Si Gus
22 Februari 2008
Si Gus adalah PRT yang sudah bekerja hampir 3 tahun denganku. Gus pembantu pertama yang aku miliki semenjak aku tinggal di kompleks Chevron. Dia berusia 21 tahun dan berasal dari keluarga kurang mampu. Dia adalah anak ke 3 dari 7 bersaudara. Ayahnya sudah pensiun dan sudah tidak bekerja lagi, dan ibunya adalah ibu rumah tangga dan tidak bekerja. Penghasilan Gus dan kakaknya yang juga sebagai PRT menjadi penopang hidup sehari-hari keluarganya. Dengan gaji PRT yang tidak seberapa, Gus dan kakaknya pasti sulit mengatur keuangan agar semua anggota keluarga bisa makan dan adik-adiknya bisa bersekolah.

Gus diperkenalkan oleh etek tukang gosok/cuci yang sudah bekerja dengan ku semenjak dari aku kecil. Pertama kali Gus datang ke rumah...dia sangat bingung dan tidak mengerti apa-apa. Sebagai anak yang putus sekolah, saat itu jiwanya masih ingin bergaul. Sikapnya pun layaknya anak ABG yang manja, dan suka mengeluh. Mengingat ini adalah kerjanya yang pertama dan dia belum pernah punya pengalaman sebagai PRT, aku membimbingnya dengan pelan-pelan. Dalam hal bekerja, peformance Gus bisa dibilang lumayan. Tapi dalam hal attitude, Gus masih jauh dari kategori baik. Mulai dari kebiasaannya yang menguasai TV, pura-pura ngga denger kalo di panggil....sampai yang paling parah membawa telpon wireless ke kamarnya untuk ngobrol dengan cowok yang katanya baru dia kenal. Waduh....!! kalo majikan lain mungkin akan memecat Gus saat itu juga. Tapi aku masih menahan diri. Kecewa sudah tentu...aku coba mengungkapkan kekecewaan itu dengan tidak emosional. Hari demi hari...dengan penuh kesabaran...akhirnya Gus bisa semakin baik. Hal ini juga didorong kondisi keluarganya yang memprihatinkan. Dia ngga pengen kehilangan pekerjaan yang membuat keluarganya semakin sengsara.

Hari demi hari...gus semakin menunjukkan perkembangan baik. Setiap hari dia bangun pukul 5 subuh. Setelah sholat Subuh, Gus mulai menyuci pakaian (pakai mesin cuci) sambil memasak air dan sarapan untuk kami sekeluarga. Setelah itu Gus menyiapkan perbekalan Alifah ke sekolah dan dilanjutkan dengan membersihkan rumah. Setelah rumah kinclong, Gus memasak di dapur berdasarkan menu masakan yang udah aku tentukan. Awalnya Gus ngga bisa masak, tapi dia belajar dari Ibu ku, dan akhirnya sekarang Gus udah jago masak. Siang hari, Gus mengantarkan Alifah les. Jika hari itu Alifah tidak ada jadwal les, Gus dipersilahkan untuk istirahat siang.

Aku tidak menahan hal-hal yang bersifat entertainment untuk Gus. Jika dia pengen nonton TV dipersilahkan...di rumah ada dua TV, yang satu di porch dan yang satu di ruang keluarga. Aku juga ngga merasa risih jika Gus nonton bareng denganku. Tapi karena Gus ngga ngerti film-film berbahasa inggris di HBO ato Star World yang biasa aku tonton...dia memilih untuk nonton sinetron di porch. Di kamar Gus juga ada radio, so dia bisa enjoy mendengarkan radio jika sedang istirahat. Gus diperbolehkan pulang sebulan sekali. Jika aku weekend ke luar kota, Gus akan balik ke rumahnya. Jadi kalo dalam sebulan itu aku sering weekend ke luar Duri, liburnya Gus juga makin banyak. Tapi jika Gus minta izin untuk jalan-jalan bareng temannya selama dia bekerja di sini, aku melarangnya. Karena selama Gus berada di rumahku...berarti dia adalah tanggung jawabku. Jika terjadi apa-apa, aku mesti mempertanggungjawabkannya ke orang tuanya. So kalo Gus pengen jalan-jalan, harus pada waktunya libur kerja.

Membina hubungan baik dengan PRT memang susah susah gampang. Banyak teman-teman yang ngga langgeng dengan PRT nya. Tapi memang masing masing punya masalah yang unik dan berbeda. Ada teman yang sebel ama PRT nya karena PRT lebih ngerasa bossy dibanding majikannya. Hal ini dikarenakan PRT yang bekerja dengannya sudah berpengalaman. Ada juga PRT yang hobinya gosip...sampai-sampai urusan majikannya dibeberkan ke tetangga-tetangga. Mungkin aku diuntungkan dari segi Gus yang belum pernah punya pengalaman bekerja sebagai PRT sebelumnya. Jadi lebih gampang didoktrin hehehehe. Nah kalo urusan gosip.....ini udah harga mati kalo si Gus ngga boleh ngerumpi ama pembokat tetangga. Say hi dan ngobrol biasa sih silahkan...tapiii kalo menceritakan si majikan, Gus mesti tutup mulut. Aku pernah bilang ke Gus..."kalo kamu menjelek-jelekkan Ibu..berarti kamu menjelek-jelekkan sumber penghasilan kamu....berarti kamu juga 'mengotori' penghasilan kamu.." hehehehehe.

Sewaktu aku ikut suami CDA ke USA selama 6 bulan, Gus sempat bekerja di 3 tempat. Di tempat yang pertama, Gus bertahan cuma 1 bulan karena tangannya hancur mencuci baju segunung (biasanya dia nyuci pake mesin cuci hehehehe so ngga kebiasa nyuci pake tangan). Di tempat yang ke dua, Gus punya pengalaman buruk....ada sekelompok perampok masuk ke rumah tempat ia bekerja (di luar camp Chevron). Salah satu pembantu di rumah itu diperkosa....untung Gus selamat dan tidak 'dijahati' karena bersembunyi. Hal ini cukup membuat trauma baginya. Di tempat yang ketiga, Gus cukup betah..tetapi karena aku mau balik ke Duri dan meminta dia untuk balik kerja kerumahku lagi...Gus keluar dari tempat yang ke-3 dan bersedia kembali kesini. Pengalamannya di 3 tempat itu membuat dirinya semakin tertempa. Aku melihat Gus lebih baik dari sebelum aku pergi ke USA. Pengalaman memang guru yang berharga baginya. Gus memang ngga bakal selamanya bekerja di sini. Dia mesti membuat perubahan yang besar dihidupnya. Aku berencana untuk memasukkanya les menjahit agar dia bisa punya sumber penghasilan yang lebih baik dan tidak menjadi PRT lagi setelah keluar dari sini nanti. Manusia memang tidak boleh jalan di tempat....karena manusia seperti ini adalah manusia yang merugi.

1 Comments:

At 25 Februari 2008 pukul 23.58, Blogger Mama anis-Dady Dillah-Najwa said...

cipi, alhamdulilah anis juga cocok ma pembantu, diajak dari jawa lagi..
ada info untuk ngelesin jahit g?? dia masih muda bgt, 17 thn,pengen juga ngasih dia skill yg lain

 

Posting Komentar

<< Home