Dari Seminarnya Darwis
21 April 2008
Duuhhh udah lama banget ngga nulis. Sebenarnya sedikit dilanda kebosanan hehehehe…tapi ngga boleh dipiara…makanya lagu di blog ku ini ditukar untuk pump up semangat menulis. Sebenarnya banyak yang pengen ditulis….macem macem deh hehehe. Sangkin banyaknya bingung juga mau nulis dari mana. Mungkin kali ini aku mau share ilmu yang didapat dari trainingnya Darwis Triadi kali ya.

Tema dari workshop fotografi ini adalah "outdoor glamour photography", yang membahas mengenai memotret object (dalam hal ini model) outdoor. Walaupun judulnya outdoor, Darwis juga mengadakan sesi foto indoor (studio). Dari jam 9.30-12.00 WIB diadakan seminar dan sesi foto indoor. Jam 13.30 - 18.00 diadakan hunting foto outdoor. Acara ini diselenggarakan oleh Riau post Event Management di Rindu Sempadan Hotel Minas. Pas hunting outdoor, para peserta seminar diangkut bus menuju sebuah taman (tepatnya hutan sih hehehehe) di kawasan sekitar hotel.




Di seminarnya, Darwis mengatakan bahwa fotografi adalah ilmu cahaya. Beliau memberi tahu tips tips secret lighting yang selama ini aku buta banget deh hehehe. Bagaimana menganalisis sumber cahaya, meletakkan POI (point of interest) yang benar terhadap cahaya datang, dan mengakali jika kondisi lighting tidak mendukung. Buat beliau....seorang fotografer harus menguasai di kondisi cahaya apapun. Memang gampang banget buat seorang fotografer meng-eksplore jika kondisi cahaya berlimpah....tapi jika dihadapkan oleh kondisi lighting yang minim kebanyakan fotografer jadi 'mati gaya' alias malas meng-eksplore. Ternyata darwis lebih senang jika kondisi cahaya minim, karena sense nya dia ditantang untuk mencari cara agar membuat foto itu tetap keren walau cahaya minim. Menurutnya cahaya minim bisa menghasilkan komposisi lighting yang eksotis. Setelah membahas masalah lighting, beliau membahas masalah komposisi. Komposisi adalah 'identitas' atau 'gaya' dari seorang fotografer. Yaitu bagaimana seorang fotografer menganalisis object dan menangkapnya dengan sense of art nya. Beliau mengatakan bahwa komposisi adalah datang dari diri si fotografer itu sendiri, sifatnya abstrak. Menurutnya, mungkin sampai teknologi kamera makin canggih nanti...tidak akan ada kamera yang bisa memutuskan secara automatically bagaimana komposisi sebuah object seharusnya diambil. So komposisi itu sepenuhnya tanggung jawab sang fotografer. Selanjutnya darwis memutar sebuah film dokumenter yang merekam perjalanan dia selama pemotretan di Yogyakarta beberapa waktu lalu. Wahhh....film ini bener bener inspiring. Ternyata seorang fotografer profesional itu penuh planning...perencanaan matang....dan well organized. Beberapa hari sebelum pemotretan berlangsung, Darwis meng-eksplore lokasi pemotretan (ada malioboro, pasar burung, pasar beringharjo, candi boko, dll) bersama krunya. Berbekal cukup kamera pocket saja...beliau merekam spot-spot yang dinilai potensial untuk dijadikan tempat pemotretan. Dia menyuruh salah seorang krunya berpura-pura sebagai model untuk menganalisis komposisi dan angle yang pas di spot tersebut. Dari eksplorasi ini, selain spot yang potensial untuk pemotretan, darwis juga menganalisis sumber cahaya di spot tersebut. So pas briefing dengan krunya, beliau membicarakan perencanaan lighting seperti perletakan flash sebagai tambahan cahaya di tempat yang potensial kekurangan cahaya. Dengan perencanaan yang matang ini, energi di lokasi pemotretan tidak terbuang percuma. Hasilnya....foto foto yang sangat indah, terencana dan tereksekusi dengan baik. Oh ya...ada satu yang menarik. Dalam film ini, ternyata Darwis masih menggunakan filter Cokin P-Series gradual yang bentuknya masih seperti plat (bukan screw in seperti filter kebanyakan jaman ini). Itu pun ngga pake holder...cuma dipegangin aja ama kru nya hehehehe. Gara-gara ini, besoknya aku langsung ngontak mas Marsel...sang penjual filter P series yang jadi langganan para landscaper hehehe. harganya cukup terjangkau...apalagi yang mereknya Tian Ya (kualitas mirip ama Cokin). harganya satu plat berkisar 90 rb-150rb.

Nah...untuk hal teknis...Darwis punya tips.

Untuk foto outdoor (pose/modelling)
  • Gunakan ISO 100-200
  • Apperture F/5.6 (beliau menganjurkan angka segini karena menurutnya bukaan segini menghasilkan foto yang DOF nya tidak terlalu lebar dan tidak terlalu sempit, kecepatan yang dihasilkan juga fair jika mengaktifkan apperture priority mode)
  • Gunakan mode Apperture priority (AV). Menurutnya...biarkan kamera yang bekerja meng-adjust kecepatan yang sesuai dengan kondisi bukaan. Kita jadi lebih fokus menangkap momen.
  • Adjust exposure compensation di angka nol. Jika under atu over exposure...tinggal dinaikkan atau diturunkan saja.
  • Hati-hati jika shutter speed dibawah angka 1/60 karena akan berpotensi shaking.
  • Hindari backlight karena akan membuat object gelap.
Untuk foto Indoor
  • Gunakan ISo 400 (min) - 1600 (max), jika menggunakan built in flash, pilih ISO 800.
  • Apperture tetap di F/5.6
  • Tetap menggunakan mode apperture priority asalkan shutter speed tidak dibawah angka 1/60. Jika sulit, gunakan mode manual dengan menggunakan built in flash dengan shutter speed 1/10 atau 1/20. Flash akan membuat object freeze walaupun shutter speed rendah.
  • Exposure compensation dimulai dengan angka 0. Jika under atau over exposure, tinggal di adjust aja.
Pada saat hunting di outdoor, Darwis terjun langsung dengan peserta seminar...blend dengan yang lain. Kadang dia suka motret candid selama suasana hunting berlangsung. Eh...aku ada lho di-candid ama dia pake lensa wide nya yang L-series itu hihihihi. Entah kenapa aku yang bego ini ngga mau minta hasil fotonya. Kapan lagi difoto ama Darwis hahahahahaha.

Oh ya...darwis juga menularkan semangat meng-capture momen di mana pun kita berada. Perjalanan PKU-minas yang seharusnya cuma memakan waktu 30 menit...menjadi 2 jam buat Darwis karena dia suka berhenti di tengah jalan jika menemukan momen dan object bagus...bisa rumah penduduk, ranting kering, mobil tua, dst dst. Untuk pemilihan angle...dia ngga mau nanggung nanggung. Mau telungkup kek....jongkok kek...apapun dimanapun demi angle ok dijabanin ama dia hehehe. Terbukti pas nyampe di tempat workshop, kedua lengan dan sikunya hitam-hitam bergaris...seperti bekas bertumpu pada suatu benda kotor untuk memotret suatu object wakakakaka.

Wah workshop kemarin itu berkesan banget. Dalam perjalanan pulang ke Duri, aku dan suami jadi suka berhenti di suatu tempat jika menemukan object yang bagus (thank god ...we have our own camera know...so ngga rebutan lagi kayak anak kecil wakakakaka). Next hunting.....?? Belitung...or Sabah...??? huaaaa ngga sabar.





5 Comments:

At 24 April 2008 pukul 04.06, Blogger Ingerosalina said...

Hai chipy,..kayaknya mendingan ngerintis bisnis dibidang photograpy aja deh. Kan asik sekalian hobby dan dapet uang juga. hehehe...

 
At 25 April 2008 pukul 05.48, Blogger Silvianty said...

hehehehe thanks mba inge...kalo ngerintis bisnis belum deh kayaknya mba. Skill ku masih seujung kuku...belum pantas dibayar hehehe.

 
At 28 April 2008 pukul 00.25, Blogger Miss de Saire said...

seruuu bgt kayanya bisa ikutan seminar brg the mahaguru..
emang lesson paling bagus itu belajar dan ikut praktek lgsg ama gurunya yah cip... issssh pengeeeeen juga blajar fotografi jadinya daang! daripada si canon itu jamuran nantinya..wakakakaka

 
At 13 Mei 2008 pukul 12.05, Blogger Vazeto said...

Mbak ... Kenalan ya ... Boleh kan mampir bentar ... thank's

 
At 9 Februari 2009 pukul 13.34, Blogger Vazeto said...

mbak aku punya hobi baru nih ... ngoleksi lensa di www.vazeto.blogspot.com ....

 

Posting Komentar

<< Home