Jalan-Jalan ke Sumatera Barat
25 Maret 2008
Awalnya sih ngga ada rencana mau plesiran....tapi liburan long weekend kemarin ini ngga banget kalo dihabisin dengan bengong di rumah aja. Walaupun udah akhir bulan (baca : bokek)...tapi tetep kita pengen liburan untuk refreshing. Ada dua pilihan....ke Danau Toba ato ke Bukittinggi....hmmmmm....dua duanya asyyk...dua duanya seru. Tapi aku memilih ke Bukittinggi aja karena kangen ama suasananya dan terutama makanannya hehehehe. Bersama ortuku dan suami serta Alifah....kita semua berangkat ke Bukittiingi pada hari Khamis, 20 Maret, jam 10 pagi. Kita ngga pake booking hotel karena semua hotel yang ditelepon udah pada full. Ya sudahlah....Go Show aja wakakakakaka...moga-moga dapeet.

Go Show??? yang bener aja...4 hari liburan orang semua tumplek blek di Bukittinggi. Semua hotel penuhhhh....mulai dari yang kelas melati sampe suite room hotel berbintang juga full. Nyampe di Bukittinggi jam 6 sore lalu keliling keliling nyari hotel di seluruh bukittinggi....tapi ngga dapett!!!!. Pencarian dilanjutkan ke Payakumbuh...lahhh di sana hotel juga full karena menampung tamu yang ngga dapat hotel di Bukittinggi (kita kalah cepat huhuuh). Lalu cari lagi di Padang Panjang....semua juga penuh. Akhirnya pencaharian hotel dilanjutkan ke Padang. Ehhh di Padang juga panuaaahh sadonyoooo!!!!!#^%&^%#$. Akhirnya pencaharian ini berujung juga pada pukul 2 pagi di hotel rocky Padang. Kita nginap semalam di Padang. Besoknya kita berkunjung ke tempat Rasya, Rasya baru nyampe kemarin di Padang dari Jakarta. Dia liburan di Padang menjelang operasi ke-2 nya bulan Juni nanti. Lalu aku dapat SMS dari seorang teman yang mengabarkan bahwa dia ngga jadi nginap di hotel yang sudah dibookingnya, dia menawarkan hotel itu untuk ditempati oleh kami. Wahhhh senangnya.....mendengar kabar ini kita lalu pergi ke Bukittinggi setelah melepas kangen dengan Rasya.

Malam pertama di Bukittinggi kita semua nginap di Hotel Grand Malino, hotel yang direkomendasikan temanku tadi. Hotel berbintang dua ini berlokasi di dekat panorama (lubang jepang, ngarai sianok). Tapi kita cuma semalam aja di sini, lalu selanjutnya kita pindah ke hotel Pusako...hotel yang jadi incaran sebelum pergi ke Bukittinggi kemarin. Untung di hari kedua tingkat hunian hotel sudah pada menurun, so akhirnya kita bisa juga nginap di sini. Hotel yang letaknya di atas bukit dengan pemandangan asri dan suasana pedesaan yang sejuk....wuiiihh bener-bener nikmat dijadikan tempat refreshing. Beranda hotel yang menghadap ke pedesaan penduduk membuat kita ngga nyadar sudah menghabiskan 3 gelas kopi sambil ngobrol-ngobrol menikmati keindahan pemandangan.



Atuk dan Alifah di Loby Pusako hotel


Jalan jalan di Bukittinggi pastinya seputar jam gadang (yang mungkin udah ngga terhitung lagi berapa kali aku ke sini dari sejak kecil dulu), benteng fort de kock (plus kebun binatang, jembatan layang dan museum rumah adat), pasar atas, dll. Yang berubah dari Bukittinggi adalah adanya bangunan Mall Ramayana yang berada tepat di depan jam Gadang. Hmmmm......aku kok kurang sreg ya ama bangunan ini. Rasanya ngga singkron lagi dengan suasana heritage daerah seputar jam gadang. Karena ini perjalanan pertama Alifah di Bukittinggi (biasanya transit doang), dia sangat excited banget...mulai dari ngeliat 'big ben' nya Sumatera barat alias jam Gadang, ke panorama ngarai sianok....sampe masuk menyusuri lobang Jepang pun dia ikutan hehehehe.

Fotoan di gerbang Fort de Kock Zoo (ki-ka: Papaku, Ayah, Mamaku...depan: Alifah)




Ngarai Sianok


Kalo bunda...yah seputar pasar atas hehehehe. Aku menemani ibuku yang senang banget ama bordiran dan sulaman terawang khas bukittinggi. Di pasar atas ini harga mukena, kain, dan kebaya bordir sangat miring. Untuk baju koko sulaman terawang bisa ditawar seharga Rp75.000 saja. Bakal kain yang sudah dibordir bisa didapat dengan harga Rp 50.000 saja (untuk atasan) dan Rp 100.000 untuk stelan (tergantung jenis kainnya juga). Yang paling premium adalah bordir krancang yang katanya membuatnya sulit banget karena hand made. Untuk sebuah bahan kebaya krancang bisa dihargai 400-50o ribu (apalagi yang terbuat dari sutera...wah bisa lebih mahal).

Dipilih...dipilih...dipilih....

Setelah acara shopping...sembari menunggu Alifah dan Ayah berkeliling naik bendi, aku foto-foto di Jam gadang. Sayang banget cuaca selalu hujan. Tetapi awan yang mendung dan hitam kelam tidak menyurutkan semangat untuk merekam kegagahan jam Gadang. Menurut Bob Krist dalam artikelnya yang berjudul No-Light Landscapes di Outdoor Photographer magazine....awan mendung dan kelam justru membuat hasil foto dramatis. Ternyata benar....awan hitam itu bagus difoto...terlebih jika dibuat Black and White.

Jam Gadang di kala mendung

Ngga puas dengan keindahan jam gadang di siang hari aja (mendung pula...) malamnya aku balik lagi ke jam gadang untuk meng-capture meriahnya suasana malam di seputar jam gadang. Kemeriahan ini mengundang banyak orang untuk menjadikan Jam Gadang sebagai nukleus di malam minggu. Sekelompok fotografer lengkap dengan kamera dan tripodnya tersebar di segala pelosok halaman jam gadang untuk menangkap momen-momen indah di sana. Esoknya langit bukittinggi sangat cerah berwarna biru bersih....kesempatan ini sangat bagus untuk meng-capture jam gadang dengan sinar matahari pagi yang 'mengintip' di balik gonjongnya.

Kemeriahan Jam Gadang di Malam Hari

Thanks to Tukang Balon yang bersedia meminjamkan balonnya demi terciptanya foto ini

Jam Gadang disaat langit cerah


Besoknya kita harus balik ke Duri. Tetapi paginya aku mendengar kabar dari teman bahwa jalan setelah kelok 9 terkena longsor dan putus. Parahnya...ngga cuma di satu titik aja...longsor juga terjadi di dua titik lainnya. Temanku yang berangkat malam tadi terpaksa balik lagi ke Payakumbuh untuk bermalam dan melanjutkan perjalanan besok pagi. Jalan yang longsor ternyata lama sekali diperbaiki...dan akhirnya banyak yang memilih untuk jalan di lintas Sumatra Timur yang memakan waktu 10-12 Jam. Aku udah ngebayangin betapa bete-nya jalan di sumatera timur yang memakan waktu selama itu. Lalu teman papaku mengatakan bahwa jalan di kelok 9 sudah selesai diperbaiki...kitapun pede pulang lewat jalan itu. Ternyata oh ternyata...jalan yang katanya sudah diperbaiki itu rusak lagi....huaaaaa antrian mobil panjangggg. Akhirnya karena udah jam 4 sore kita balik lagi ke Bukittinggi untuk nginap lagi semalam. Perjalanan dilanjutkan besok pagi saja, berangkatnya pagi sekali....jika jalan di kelok 9 masih rusak...kita masih punya waktu untuk melewati lintas sumatera timur dan ngga terlalu kemalaman.

Karena malam terakhir....kami memutuskan untuk menutupnya dengan enak...yaitu nginap di The Hills Novotel. Hotel yang jaraknya walking distance dari jam gadang ini bener bener ruarrr biasaaaa. Pemandangan dari jendela yang menghadap ke gunung singgalang sangat eksotis. Belum lagi arsitektur dan interior nya yang bernuansa minang dicampur dengan unsur kolonial. Wahhhh bener bener keren deh. Buat yang honeymoon...hotel ini muanteepp banget hehehehe.

Interior hotel The Hills

Backyard hotel The Hills

Pemandangan dari Beranda Hotel The Hills


Oh ya....untuk urusan perut....Bukittinggi TOP BGT. Yang mesti didatangi adalah warung Kapau yang ada di pasar. Tapi karena gerimis...kita memilih untuk makan di restoran aja. Ada restoran Selamat yang letaknya di Kampung China (sekitar Jam Gadang juga) punya menu andalan Rendang yang superrrrr nikmatnyaaaaaaa, Jam 11 siang aja rendangnya udah habis sangkin lakunya. Makan di sini juga murraaaahhh banget. Selain rendang....menu lainnya juga TOP. Selain itu ada juga Gulai Pangek Ikan Situjuh yang terletak di depan pom bensin di Payakumbuh. Aduuuhhh yang satu ini ruarrrrrr biasaaa nikmatnya. Kita berlima yang rakus-rakus begini (satu orang dua lauk....) plus pake minum juz dan es teh manis...total bayarnya cuma Rp 60.000 sajaaa!!! huaaa hare geenee masih ada makanan nikmat semurah ini.

Tampak depan resoran gulai kambing & ikan pangek Situjuh

Pokoknya liburan kali ini asyk banget...mengobati kerinduan ranah minang setelah 6 bulan marantau di nagari pak etek Bush hehehehehe. Liburan selanjutnya...???? Sikuai Island yang eksotis.....ato lembah harau (nginap di Echo Homestay yang ndesaaa banget). Ayooo segera beli Filter supaya hasil jepretan lebih keren hehehehehe.












7 Comments:

At 26 Maret 2008 pukul 03.19, Blogger Ingerosalina said...

Aha,..bukit tinggi emang top bgt. Makanannya enyak dan murah itu bener banget. Jadi kangen ke Sumbar lagi nih...Untuk hotel chip, jangan coba2 deh long weekend atau masa liburan jalan-jalan keluar kota trus belum booking hotel. Soalnya orang Indonesia itu sekarang sudah Hotel Minded lho...

 
At 26 Maret 2008 pukul 07.47, Blogger Hi there...i'm Herry said...

Wah..kamu ke SumBar ya Sil long weekend kemarin? Pasti menyenangkan sekali..Sama seperti aku, hehe...aku juga mudik, ke Padang Panjang. Kamu pasti melewati rumahku waktu nyari hotel ke Padang Panjang. Tapi sayang sekali penuh ya hotelnya? Sama sayangnya kamu ga nyobain bakso yang enak banget di Padang Panjang. Namanya miso mas Amin. Bagi lidahku, itu miso paling enak yang pernah aku coba, apalagi ditambah kerupuk jengkol, wuih...!!Lamak bana..!! :) Tapi mudik kemarin aku ga kemana-mana, lebih banyak dirumah. Kalo udah mudik bawaannya males2-an aja dirumah. kadang malah ga mandi seharian. Tapi aku sempat nonton salah satu kesenian tradisional yang namanya 'Salawaik Dulang'. Kamu pernah denger ga? Aku juga pertama kali ngeliat kesenian itu di Surau belakang rumahku. Ternyata seru juga nonton orang menceritakan 'kaji' yang diiramakan sambil memukul dulang. Banyak ajaran-2 agama yang disampaikan, diselingi dengan humor-2 kampung yang seger. Ternyata kesenian tradisional itu asik juga ya. Sayangnya kebanyakan remaja sekarang jarang yang melirik kesenian seperti itu.
Pas di surau aku juga inget masa-2 kecil dulu. Secara aku belajar ngaji nya juga di surau. Jadi inget dimarahin guru ngaji karena liat anak kecil disana dimarahin gurunya karena bikin ribut, hehe..Trus di surau itu aku juga ketemu temen lama yang udah lama banget ga ketemu. Seru banget deh.. :)
Aduh, jadi ngelantur...sorry kepanjangan ya Sil..

 
At 26 Maret 2008 pukul 08.17, Blogger Silvianty said...

Iya ya mba Inge...orang Indonesia sekarang hotel minded...tapi gimana ya mba. Selain ngga punya sodara untuk tempat nginap....faktor anak-anak yang rewel kalo ngga nyaman tidur juga suatu pendorong kenapa orang-orang pada jadi hotel minded. Cuma rasanya nih kapasitas hotel-hotel di bukit tinggi udah ngga bisa menampung orang-orang yang liburan ke sana. Rasanya perlu dibikin banyak hotel lagi deh hehehehehe.

 
At 26 Maret 2008 pukul 08.28, Blogger Silvianty said...

wah Her...ternyata kamu orang padang panjang ya..wah kalo tau aku bisa nanya nanya lebih detil tentang padang panjang nih. Aku taunya cuma sate mak syukur aja hehehe. Pengen banget berkunjung ke desa pandaisingkek...tapi ngga ngerti jalannya kemana. Miso??? wah ternyata ngga cuma mak syukur ya wisata kuliner di Padang panjang...ayo her..bikin postingan dong tentang Padang panjang...apa aja yang menarik di sana yang mungkin jarang diketahui orang-orang, makanan andalan padang panjang, tradisi lokal padang panjang, dll dll...gimme more deh hehehehe.

Surau dekat rumah...duh syahdu banget ya. Rumah mertuaku di Padang juga dekat dengan surau...bersebelahan malah hehehe. Aku kalo udah bertandang ke rumah mertua pasti sering sholat di masjid itu...rasanya ringan sekali langkah untuk berjamaah di masjid jika lokasinya dekat dengan rumah...subhanallah nikmatnya. Salawaik Dulang itu syair-syair sholawat nabi ya Her?...wah pengen juga dengerin ini...pasti indah banget ya. Kalo udah dengarin ini aku pasti butuh translator...apalagi kalo pas ada pantun-pantun ato humor gitu. Bahasa minangku ngga spesifik hehehehe. Biasanya translatorku ya suamiku sendiri hihihi. Aku orang minang...tapi orang tua lahir dan besar di medan. Bahkan saudara pun sudah sedikit di Sumbar...karena pada merantau semua ke Jawa dan Medan. Rasanya seperti 'kehilangan' identitas. Untung suamiku yang orang minang dan besar di Sumbar bisa 'mengembalikan' identitas kultural ku...melalui dia aku semakin mencintai adat leluhur dan mengetahui lebih dalam darimana 'asal'ku. Halahhh kok membahas sosio kultur gini ya. Wakakakak. Thanks ya Her...

 
At 26 Maret 2008 pukul 08.52, Blogger Miss de Saire said...

waah seru banget cerita liburannya cip.. apalagi kembali ke alam gini. huh aku sudah muak dan eneg dgn Jakarta!
kapan ya bisa jalan2 keliling sumatra lagi.. aku belum pernah ke sumbar.. abis selama ini ga ada sodara yg mau di tandangin kesana, hihi..
Yah maybe someday deh.
btw itu brakfast di novotelnya tampak seru sekaliiii!!! huhuhu sirik sirik ;p

 
At 26 Maret 2008 pukul 10.39, Blogger Silvianty said...

OOohhh kak aya...mari kita ke sumbar. U know what...??? di sikuai ternyata nikmat banget untuk diving...ada 4 pulau di sekitar sikuai untuk diving area yang bagus. Kak aya...mari kita ke sikuai. Sumbar sangat eksotis...can't get enough w/ sumbar....Rancak banaaaa...hehehehe

 
At 3 April 2008 pukul 18.55, Blogger iqbal said...

Aku asli baca blog kauw pengen pulang (jadi kaya lagu Ebiet woii..).

Sil & Aya, Kapan ya kita janjian kumpul di Bukittinggi sama keluarga?
Kayanya kita HARUSS nginep di Novotel ama hunting foto jam gadang nih..

Ayolah kapan cari tanggal merah di kalender lagiii. Serius nih..

 

Posting Komentar

<< Home