Leaving the Comfort Zone
25 Mei 2008
Dulu....waktu di Chevron sedang digalakkan program VRP (Volunteer retirement program a.k.a pensiun dini dengan pesangon gede hehehe), suamiku memberiku setumpuk kertas dari kantor yang merupakan print out seminar psikologi mengenai menyikapi perubahan. Seminar ini bertujuan untuk pump up spirit para employee yang memutuskan untuk tetap berkarir di Chevron dan akan menghadapi reorganisasi.....dan tentunya kondisi psikis yang 'ditinggal pergi' oleh rekan kerja. Intinya adalah.....bagaimana kita menyikapi suatu perubahan dan melewati perubahan itu sebagai suatu proses untuk ke tahap yang lebih baik. Hal ini Menarik banget, karena waktu itu aku sedang berada dalam situasi 'discomfort' karena harus meninggalkan baby Alifah untuk melanjutkan kuliah. Saat itu aku harus meninggalkan 'comfort zone' hidup serba nyaman dan damai di kompleks chevron untuk memenuhi komitmen ku pada keluarga yaitu menyelesaikan kuliah. Sulit banget...berat...apalagi melihat teman teman yang lain hidup enak dengan keluarganya, sementara aku mesti jauhan dari anak dan suami untuk menyelesaikan kuliah (yang tentunya dengan mata kuliah dan tugas gila gilaan). Seminar itu cukup membangkitkan semangatku. Berusaha kuat dalam fase perubahan dan percaya bahwa perubahan ini akan berdampak positif untuk kelanjutan hidupku nanti. Hasilnya....setelah melewati fase discomfort itu....rasanya puass. Pengalaman yang berharga dan jaminan masa depan rasanya ada dalam genggaman. Mungkin kondisinya akan berbeda jika aku memilih untuk tetap bertahan di comfort zone itu....aku ngga bakal jadi silvi yang sekarang....(I can't imagine deh hihihihihi).

Seorang teman yang ingin lebih baik di karirnya memberanikan diri untuk meninggalkan comfort zone bekerja di sebuah perusahaan yang merupakan the leading company di bidangnya. Dia harus menghadapi reaksi berbagai macam orang yang menilai bahwa keputusannya itu ngga tepat banget. Menurut temanku yang cerdas ini, top company belum tentu top expectation bagi karirnya. Ia tinggalkan top company itu dan masuk ke perusahaan lain dengan visi misi dan prospek lebih baik untuk karirnya. Pastinya berat...karena selain ia mesti menghadapi reaksi orang yang ngga enak....dia juga mesti beradaptasi di tempat kerja yang baru yang tentunya sangat berbeda culture dan ritme nya dengan tempat yang lama. Big decision ini dia ambil demi perubahan yang lebih baik.

Manusia adalah makhluk tuhan paling seksi....(ups)....maksudnya makhluk Tuhan paling tinggi tingkatannya di muka bumi ini dan memiliki anugrah kemampuan untuk bisa menghadapi berbagai perubahan dan adaptasi. Tinggal bagaimana manusia itu mau untuk mengoptimalkan kemampuan ini. Untuk mencapai tahapan yang lebih baik, kita harus mau meninggalkan 'zona enak' ini. Setelah proses perubahan terlewati...kita akan mendapat 'zona enak' selanjutnya (yang diharapkan lebih 'enak' dari sebelumnya hehehehe). Begitulah terus roda perjalanan hidup manusia. Tinggal milih....mau tetap di 'zona enak' yang sekarang....ato mau mendapatkan 'zona enak' yang lebih baik....itu terserah individunya. Yang jelas...tidak ada suatu pencapaian tanpa melewati suatu fase perubahan.

Mau Menikah?.... harus mau meninggalkan 'comfort zone' menjadi lajang yang bebas melakukan apa aja.

Mau langsing?....harus mau meninggalkan 'comfort zone' nikmatnya memakan makanan berkalori tinggi yang enak enak.

Mau jadi entrepreneur?...harus mau meninggalkan 'comfort zone' asyknya rutinitas kerja pergi pagi pulang petang dibayar setiap bulan dengan segala fasilitas perusahaan.

Mau bertobat?...harus mau meninggalkan 'comfort zone' serunya berbuat dosa wakakaka.

Mau sehat?...harus mau meninggalkan 'comfort zone' enaknya berleha-leha malas olahraga dan makan segalanya tanpa melihat gizinya.

dst dst dst dst dst

So sil.....siap ngga kamu meninggalkan 'comfort zone' yang sekarang demi mencapai tujuan yang gemilang itu?.....

2 Comments:

At 27 Mei 2008 pukul 05.08, Blogger Miss de Saire said...

hehe somehow mirip ama pengalamanku. dan ternyata apa yg selama ini kita anggap sbg "comfort zone" itu, ternyta masih banyak yg jauh lebih comfort.. asal berani mencoba dan mengambil suatu "big step". ayoooo cipi semangat!

 
At 9 Juni 2008 pukul 18.04, Blogger rossie said...

menarik nih sil...
secara klo udah di chevron, banyak yang udah menemukan comfort zone-nya hehe
sulit mengambil resiko untuk menemukan comfort zone yang lebih:D
ayo siapa yang berani??? hehe

 

Posting Komentar

<< Home