eh...ternyata dia membaca lho....
05 Juni 2008
"eh ternyata dia baca tulisan itu lho...ngga nyangka"...reaksi seorang teman ketika salah satu cerita di blognya dibaca oleh orang yang bersangkutan. Di setiap postingannya, temanku itu bercerita tentang kesalnya dia dengan sikap seseorang, betenya dia terhadap si anu, ngga senangnya dia terhadap sesuatu, kagumnya dia terhadap seseorang, dst dst....all about do & don'ts, like & dislike, dst dst. Semenjak blogging menjamur, mungkin buku diary ngga populer lagi kali ya hehehe....orang lebih memilih untuk curhat dan bercerita tentang apaaa saja melalui blog. Kalo diary bisa didekap erat setiap saat dan diusahakan agar tak terbaca orang lain, di blog kita bisa mengatur setting nya apa mau dibaca orang atau khusus orang tertentu aja atau tidak bisa dibaca oleh siapa pun. Kalau seseorang membuat setting bahwa blog itu bisa visible oleh siapaa saja, berarti dia harus siap blognya di baca oleh siapapun juga...termasuk tokoh yang dia ceritakan di blog tersebut..dan juga....harus siap dengan resiko yang ditanggung setelah orang membaca blognya hehehehe. Ngga jarang hal ini bisa menimbulkan konflik, jika tokoh yang dimaksud membacanya dan kemudian merasa kecewa.

Pengalaman ini pernah aku rasakan sewaktu mem-publish tulisan tentang STPDN sekitar 2 tahun lalu. Waktu itu aku masih nulis di blog Friendster yang notabene setting nya tidak sekomplit dan se-fleksible blog blog lainnya. Saat itu aku sebeeel banget ama peristiwa STPDN yang sedang disorot oleh media. Eh ternyata tulisanku dibaca oleh seorang praja senior STPDN....dan kontan beliau kecewa dan tidak setuju dengan tulisan yang aku buat. Sampai-sampai dia menghubungiku lewat personal message dan ngoommmeellll panjang lebar mengenai tulisan STPDN yang aku publish. Herannya nih...dia membaca tulisan itu 1,5 tahun setelah tulisan itu dibuat. Bisa jadi dia menemukan postingan ini melalui search engine. Unexpected banget....tapi harus siap karena tulisan itu dipublish dengan setting bisa dibaca oleh siapa saja. Cerita lain adalah pada saat aku mem-publish tulisan tentang seorang teman suami (identitasnya pastinya dirahasiakan hehehehe) yang hobby memanggil PSK ke hotel saat dia dinas ke luar kota. Tulisan ini aku buat sekitar 1 tahun yang lalu. Waktu itu fasilitas speedy belum masuk ke camp....dan ibu-ibu belum terlalu banyak yang ikutan FS. Eh ngga nyangka...seorang ibu, istri pegawai chevron (yang kebetulan terkenal akan bigos-nya wakakakka) ternyata sudah punya account di FS. Dibacanyalah tulisan ku itu. Besoknya dia nelpon dan maksa banget supaya aku membuka identitas orang yang aku ceritakan di blog. Ya eeelaahhhhhh dasar bigos...wakakakakkaa. Tapi aku mesti siap....karena ini bagian dari resiko blogging.

Dinamika lain dalam ber blogging ria adalah...kita harus siap menerima comment. Kadang comment yang masuk ke blog kita dari orang yang tidak diharapkan dan dengan pemikiran yang kontradiktif banget dengan apa yang kita buat. orang lain sih sah sah aja memberi comment...apalagi kalo kita mengatur setting bahwa siapa saja boleh meng-comment tulisan kita. Kalo ngga mau orang meng-comment tulisan kita...non aktifkan aja fasilitas comment nya. Hak kita juga kok untuk membatasi comment comment yang masuk....wong blog kita sendiri hehehhe. Pernah suatu saat aku memposting tulisan yang menceritakan hal ringan seputar diversity (kali ini adalah diversity dalam hal agama). Ehhh ternyata ada yang comment ngga enak. Dia menganggap aku penganut pluralisme, menentang agama, dst dst....sampai sampai kita diskusi alot lewat jalur pribadi hehehehe. Teman lain yang juga membaca comment nya dia jadi ikutan panas karena kesannya komentar yang dia berikan menjatuhkan pihak tertentu. Walhasil postinganku kali itu jadi forum debat beberapa orang wakakakakaka. Akhirnya aku berusaha menggali literatur mengenai masalah ini. Mulai dari fatwa MUI, hadist-hadist dari berbagai sumber, dst dst. Setelah semua aku ulas kembali dengan referensi yang lebih akurat...akhirnya suasana mereda hehehhehehe. Dari sini aku belajar bahwa referensi yang cukup adalah hal yang penting dalam mem-publish suatu artikel, lebih-lebih jika isu yang di angkat oleh artikel itu sedikit kontroversial bagi sebagian orang.

Intinya adalah...bijak dalam hal mengatur setting adalah hal penting saat kita memutuskan untuk blogging. Jika tulisan hanya untuk konsumsi pribadi, atur settingnya hanya bisa dibaca oleh penulis. Kalo terbuka untuk umum, atur settingnya agar bisa dibaca setiap orang. Resikonya pun juga harus mau ditanggung, mulai dari pendapat yang berbeda dengan apa yang kita tulis, comment yang pedas, arguing, debating, dst dst.