Dia Juga Amanah
21 Juli 2008
Tubuhnya tegap, dan sehat. Wajahnya manis dan matanya bening, rambutnya hitam berkilau. Dari segi fisik, dia anak yang sangat sehat. Dia berlari kesana kemari tanpa henti, hal ini menunjukkan bahwa ia memiliki stamina yang kuat dan gizi yang cukup. Sesaat dia lari ke depan, beberapa detik kemudian dia mengacak-acak kumpulan buku di belakang kelas. Kadang dia terfokus dengan suatu hal yang menarik baginya....dikupasnya, diputarnya, dll. Setelah bosan dia berlari lagi ke tempat yang lain. Guru di kelas sudah tidak mempedulikan apa yang dia kerjakan dan lebih terfokus dengan anak-anak 'normal' lainnya. Dia diawasi oleh seorang wanita yaitu bunya. Ibunya berusaha mengarahkan perhatian si anak untuk tetap fokus pada kelas. Tapi 2 detik adalah waktu terlalu lama untuk membuatnya bertahan. Kondisi ini menarik perhatian orangtua lain yang sedang mengawasi dan menemani anak-anak mereka beradaptasi di awal awal masa sekolah. Para orang tua ada yang memandang sinis, ada juga yang memandang kasihan padanya.

Setelah selesai rapat perdana KOM, sekelompok ibu menghampiriku " sil kamu bilang dong ama ibu Lili....anak yang autis itu tolong diantisipasi. Dia itu membahayakan banget, dari kemarin dia suka gangguin anak-anak kita....ngambilin makanan anak-anak, trus yang paling parah itu mainin gunting dan nusuk-nusuk pensil ke teman-temannya....duh aku ngga mau anakku jadi korban". Aku terpaku terdiam mendengar rentetan keluhan sang ibu itu....lalu ibu yang lain menimpali " anak seperti itu mestinya ngga disekolahkan di sini....dia ngga pantas belajar di sini....dll dll". Kata-kata selanjutnya tak mampu aku serap lagi di kepala...karena semakin terasa perih didengar....semakin terasa sangat menghina. Aku kembali tune in dengan percakapan saat seorang Ibu berkata "ayo dong sil..kamu sebagai ketua KOM mesti menyampaikan hal ini". Saat itu aku tersentak. Lalu setelah menghela napas panjang aku berkata " hal ini sangat personal ibu-ibu...menyangkut kondisi mental seseorang...sangat sensitif, biarlah ibu Lily memutuskan yang terbaik...KOM lebih baik tidak ikut campur". "Ya udah....kalo gitu aku aja deh yang ngomong ke ibu Lili langsung" ujar seorang ibu sambil berlalu.

Setelah percakapan tadi, aku jadi kepikiran terus. Sedangkan aku yang bukan orang tua si anak itu aja udah kepikiran begini....apalagi kalo orang tuanya yang mendengar langsung omelan ibu-ibu tadi. Duh pasti sedih banget. Orang tua si anak pastinya unexpected banget memiliki anak spesial...dan pastinya si anak tidak minta dilahirkan dengan kondisi begini. Ini gifted....sudah kuasa yang di Atas dengan segala Rahmat-Nya memutuskan bahwa dia lahir dengan kondisi seperti itu. Pastinya semua ini bukan tanpa alasan....semua ada alasannya....dan kepala kita terlalu kecil untuk mengetahui apa alasan Sang Kuasa sesungguhnya. Aku merasakan, pasti orang tua si anak dengan segala daya upaya mengusahakan agar si anak tetap hidup seperti anak-anak seusianya....tetap memberikan terbaik selayaknya yang diterima dengan anak-anak seumurannya. Tapi apa daya....di lingkungan kecil seperti Duri ini...pilihan tidak sebanyak di kota besar. Sekolah khusus untuk menangani kasus ini bisa dibilang sangat terbatas. Aku jadi ingat seorang teman yang akan segera resign dari cehvron dan pindah ke suatu tempat yang memiliki sekolah autis terbaik. Dia rela berkorban apapun demi si anak. Ada juga seorang teman yang membatalkan beasiswa pendidikan ke Eropa dari perusahaan tempat ia bekerja dan keluar dari kerjaannya untuk mendirikan dan mengelola sekolah khusus autis di Kalimantan. Semua mereka pertaruhkan untuk anak. Karena pada hakikatnya....bukan harta dan jabatan yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat nanti....tapi amanah terindah yang diberikan Tuhan pada kita yaitu anak.

Dari jauh....aku melihat sang anak menggandeng tangan Ibunya keluar dari gerbang sekolah. Si anak tertawa lepas...tidak tahu apa yang membuatnya bisa begitu riang. Sang ibu dengan guratan keletihan menyesuaikan langkahnya dengan langkah sang anak...dan tetap mengikuti gelak tawa anaknya....dalam hatinya mungkin terucap segala doa yang nantinya dapat memudahkan jalan sang anak. Dia berhak dapat yang terbaik...karena dia juga amanah.

1 Comments:

At 10 Agustus 2008 pukul 04.49, Blogger fitri said...

Sil.. aku beberapa kali baca tulisanmu yang ini.. Setiap kali baca selalu kesan yang sama tertangkap.. Harusnya ada autism awareness!

Kenapa orang-orang selalu mengagungkan yang 'normal', yang sama, yang hebat dengan benchmark tertentu. Tidakkah perbedaan itu hikmah?

Hhhh :-(. Mudah-mudahan kita dikaruniai qalbu yang lembut dan bisa menerima kebenaran, dan perbedaan.. amin..

 

Posting Komentar

<< Home