Yang Tertinggal dari Sang Dokter..
05 Maret 2008
Bulan Februari lalu adalah wisuda pascasarjana UI dimana seharusnya salah satu wisudawannya adalah Dr. Isran. Mendiang kakak iparku yang meninggal dalam kecelakaan Tol Merak Oktober tahun lalu ini sudah lolos sidang thesis spesialis mata dan tinggal diwisuda saja. Namun sayang....kecelakaan yang merenggut nyawa sang dokter dan istrinya (satu-satunya yang hidup adalah putri mereka, Rasya yang berusia 7 tahun) ini membuat acara wisuda UI tidak lengkap pesertanya. Ibu da Isran (yang juga ibu mertuaku) dan ibu mertua da Isran mendapat undangan untuk hadir di acara yang sangat dinanti da Isran itu. Awalnya Ibu mertuaku agak ragu karena dia pasti sudah memperkirakan kesedihan mendalam yang akan dihadapinya di balairung nanti. Tapi demi janjinya pada sang anak dulu bahwa dia akan pergi saat wisuda da Isran...maka Ibu menguatkan hati untuk hadir di tengah-tengah orang yang berbahagia hari itu.
Ibu pergi bersama sang besan dan Rasya menghadiri wisuda ini. Spontan kehadiran mereka mengundang perhatian para wisudawan..terutama wisudawan kedokteran. Mereka memandang sedih dan haru...karena kehadiran Rasya yang berada di kursi roda. Pada saat pengumuman kelulusan...ternyata Da Isran lulus sebagai lulusan terbaik...dan dari 7 orang wisudawan spesialis mata...Da isran satu-satunya lelaki. Air mata tak henti mengalir dari mata Ibu....betapa beliau merasakan bangga dan haru akan anaknya yang sukses menyelesaikan pendidikan tertinggi. "Andaikan Isran ada sini...." begitulah bisik hatinya. Rasya pun terharu...."Ayah berhasil...". Setelah pengumuman itu....lalu ditampilkan foto Dr. Isran pada layar besar di atas panggung, sambil dibacakan riwayat hidup dan testimonial mengenai beliau. Betapa Da Isran merupakan sosok yang sulit untuk dilupakan...selalu terkenang dan ngangenin oleh teman-teman sejawatnya. Sementara itu air mata Ibu tidak henti-hentinya mengalir....air mata bangga, bahagia, haru, dan sedih. Setelah acara wisudaan...Ibu dan Rasya dibawa ke suatu ruangan dimana telah tersaji segala hidangan. Teman-teman da Isran berebut untuk menyalami Ibu dan Rasya. Banyak para dokter itu memberikan kartu nama dan mengutarakan niat mereka yang siap membantu Ibu dalam hal medis kapanpun Ibu membutuhkan..tanpa harus membayar sepeserpun. Ada seorang teman da Isran berlutut di depan Ibu....sambil memegang tangan Ibu beliau berkata bahwa Ibu tidak akan kehilangan anak....dia adalah juga anak Ibu...kapanpun Ibu butuh...dia selalu siap mengerahkan tenaga, waktu dan fikirannya untuk Ibu...jika biasanya Ibu membutuhkan Da Isran dalam urusan medis dan kesehatan...maka Ibu tidak akan pernah kehilangan hal itu karena dia siap menggantikan Da Isran. Betapa terharunya Ibu. Ternyata Da Isran sangan dicintai teman-temannya. Hal ini lah yang tertinggal.....hasil dari budi baik yang diberikan oleh Da Isran selama dia hidup.
Acara wisuda ini membuat Rasya semakin semangat menghadapi hidup. Sosok sang Ayah adalah inspirasi yang luar biasa untuknya. Semangat belajarnya yang tinggi semakin terpompa begitu melihat wisuda sang Ayah ini. Rasya ingin jadi dokter....Rasya ingin menggantikan Ayah....Rasya akan berjuang walaupun kini kaki Rasya belum sembuh. Rasya tetap sekolah...tetap ujian..sama seperti anak-anak lainnya. Nilai ujiannya rata-rata sembilan semua. Dengan kondisi seperti ini....mental dan fisiknya yang belum pulih...Rasya mampu mensejajarkan diri bahkan menjadi yang terdepan di antara teman-teman yang normal lainnya. Suatu malam saat Rasya belajar....Neneknya tiba-tiba melihat Rasya 'ngesot' mengambil sebuah buku yang letakknya agak jauh. Sang Nenek sedih...kenapa Rasya tidak mau memanggil neneknya dan minta tolong diambilkan buku. Ternyata Rasya tidak mau merepotkan sang Nenek. Duh Rasya....betapa tinggi semangat belajar mu nak. Ayah dan Bunda di sana bisa merasakan kebanggaan akan anaknya yang luar biasa ini. Rasya memang spesial....kecerdasan, semangat dan kekuatannya adalah hasil didikan oleh sang Ayah dan Bunda. Budi baik.....teman-teman dengan solidaritas tinggi...perjuangan tanpa kenal lelah....cinta dan pengabdian...adalah yang tertinggal dari sang Dokter. Kami semua sangat merindukan mu Da Isran & Ni Santi.

2 Comments:

At 5 Maret 2008 pukul 19.11, Blogger Hi there...i'm Herry said...

Turut merasakan kesedihan yang kamu dan keluargamu rasakan Silvi..Buat Rasya, semoga cepat sembuh ya..kamu pasti bisa jadi dokter seperti ayah kamu!!

 
At 6 Maret 2008 pukul 04.43, Blogger Silvianty said...

thanks a lot Herry...thanks juga doa dan supportnya untuk Rasya...sangat berarti sekali untuk Rasya.

 

Posting Komentar

<< Home