Socialite
27 Mei 2008
Wahahahahaha lucu juga baca beberapa blog tentang dunia socialite Jakarta. Entah kenapa kok bisa ya aku nyampe ke blog-blog dan forum-forum yang membahas kaum socialite ini?. Sek sek...(silvi sedang mengingat-ingat)...Oh...gini ceritanya...kan di femina minggu lalu ada dibahas mengenai tren 80-an dari berbagai nara sumber. Salah satu nara sumbernya bernama Gaby Bakrie (dulu namanya Gaby Djhorgy). Katanya sih dia model ngetop tahun 80-an...lho kok aku ngga tau ya..penasaran googling deh..(yaelahhh yang beginian kok di-googling...keliatan sekali kurang kerjaannya yah). Eh ujung-ujungnya nyampe ke salah satu blog yang membahas mengenai komunitas socialite di Jakarta. Ternyata mba Gaby ini menikah sama adiknya Aburizal Bakrie (Indra Usmansyah Bakrie) yang konon kabarnya berjarak umur jauuh sekali. Mba Gaby ini langsung jadi top list socialite Jakarta setelah menikah dengan salah satu anggota klan keluarga terkaya di negeri ini. Eh dari blog ini...aku tertarik menelusuri lebih detil....apa sih kaum socialite itu?..apa aja yang mereka lakukan? dst dst.

Ada sebuah forum yang bener bener mengupas tuntas gosip seputar dunia socialite. Salah satu cerita seru di forum ini adalah peristiwa berantemnya dua keluarga konglomerat...sangkin ngga akurnya dua keluarga tajir ini, sampe ke anak cucu juga ngga akur (yaelah kayak keluarga Montague dan Capulet di cerita Romeo dan Juliet ajaaahhh). Anak-anak mereka suka berantem di pub dan bikin kekacauan dimana aja kalo kebetulan bertemu muka. Trus ada juga kisah seru dari blog seorang pemilik butik di Jakarta. Sebut saja namanya mba A, waktu beliau belanja ke sebuah butik tas mahal di Jerman, si pelayan surprise setelah tau bahwa mba A ini berasal dari Indonesia. Ternyata beberapa saat sebelum mba A ini masuk ke butik, segerombolan istri pejabat dari Indonesia (plus dayang-dayangnya) baru saja memborong tas-tas di butik itu. Sangkin maruknya belanja, sampe sampe, stok dari gudang diturunkan semua. Setelah ditelusuri jumlah belanjaan para istri pejabat itu mencapai ratusan juta untuk tas doang. Makanya si pegawai butik terheran-heran dan menyangka bahwa orang Indonesia itu kaya semua. Lalu peristiwa yang sama juga terjadi saat mbak A berkunjung ke butik Hermes di Paris. Sang pelayan toko excited mendengar mba ini berasal dari Indonesia. Ternyata....beberapa hari yang lalu segerombolan istri pejabat Indonesia juga ngeborong di sini. Trus ada satu bocoran yang mengejutkan....seorang istri pejabat setingkat menteri di Indonesia adalah salah satu kolektor tas Birkin di dunia...(GILEEEE birkin bag booo!!!...satu biji tas birkin aja sama dengan harga satu rumah menengah di bekasi). Ibu ini mengoleksi berbagai macam model birkin bag....dan konon dia mengoleksi edisi yang cukup lengkap. Setelah diusut-usut, si ibu menteri ini menghabiskan 1,5 milyar hanya untuk tas doang. Cerita yang lain nih....seorang broker real estate di London pernah mempublikasikan bahwa ada seorang pejabat teras negeri ini yang memiliki sebuah rumah mewah di London. Rumah ini memiliki fasilitas mewah dan lengkap.....dan yang makin mengejutkan...dua kamar di rumah ini penuh dengan tas-tas mewah yang masih berlabel dan belum sempat dipakai (pfhfhhhhh).

Tapi ada juga kaum socialite yang 'maksa'. Beberapa nama socialite ada yang jadi black list di beberapa butik branded di Jakarta. Mereka suka nge-bon tapi ngga pernah dilunasin (Whatt??...maksaaahhhh hehehehehe). Ada juga yang suka bertingkah laku aneh-aneh dan bergaya yang seronok supaya jadi pusat perhatian. Ada satu tulisan Samuel Mulia di Kompas Minggu yang sangat menggelitik :

HOW TO BE SOCIALITE

  • berpakaian semeriah dan senorak mungkin,contoh=anita simorangkir,sjully dharsono
  • memiliki saham sebuah club/resto/spa,contoh=amelia wirjono,dian purba,olla tian
  • menjadi model kemudian kawin dengan anak pejabat/anak konglomerat/anak pengusaha,contoh=widhi basuki,cynthia jusuf,gaby djorghy
  • kawin dengan anak pejabat/anak konglomerat/anak pengusaha kemudian menjadi model,contoh=vicky supit
  • rajin menghadiri/membuat pesta dengan thema khusus dan terobsesi menjadi the best dress,contoh=imelda pohan,stephanie uun
  • rajin menghadiri acara-acara artis yang diliput wartawan walau tak jelas prestasinya di dunia entertainment,contoh=femmy permata sari,diah permata sari,diana pungky,vena melinda
  • mengenakan busana terbaru from head to toe karya designer kondang dunia di setiap acara dan hanya sekali pakai,contoh=yayang,itta handoko,yvonne santoso
  • selalu mendapat tempat duduk front row dan tidak lupa memberi cinderamata kepada sang designer,contoh=uwak ujang
  • bersahabat dengan designer dan selalu berada di sisi sang designer dengan busana karya kreasi sahabat tercinta,contoh=rama
  • koleksi busana/sepatu/tas-nya sudah menjadi urban legend di kalangan socialite,dan keganasanya dalam ber-shopping selalu diliput para kuli tinta,contoh=hanny polli,claudine jusuf
Dari nama-nama di atas, socialite belum tentu dari artis...dan artis belum tentu juga socialite. Aku mengenal beberapa nama (yang non-artis) di atas. Oh bukan....bukan karena aku socialite juga (lebayy....wakakakka)...tapi karena mereka suka muncul di halaman belakang majalah Dewi atau Indonesian Tatler. Aku bisa baca majalah-majalah high end ini juga bukan karena beli, tapi aku suka baca dari tanteku yang sering minjam majalah-majalah ini di kios penyewaan majalah Koh A Siok di depan rumah Nenekku di Medan. Mereka suka muncul di halaman liputan acara-acara yang dihadiri socialite kelas atas Jakarta (peresmian gallery, pameran lukisan, ulang tahun pejabat/konglomerat, dst dst). Style-nya pastinya high end semua....mulai dari ujung rambut sampe ujung kaki. Dengan gaya yang selangit, senyum sumringah plus memegang gelas red/ white wine....para socialite ini memancarkan kebahagiaan mereka sebagai orang kaya di negeri yang masihhh didominasi orang tak mampu ini.

Yahhh...postingan ini bukannya mau manas-manasin. BBM lagi naik, rakyat lagi kesulitan, BLT kagak turun-turun dan serentetan masalah bangsa lainnya rasanya diluar kehidupan mereka...bahkan mungkin tak terlintas dipikiran mereka kali ya...entah lah. Mau beli tas mahal bergaya hidup jet set adalah hak setiap orang....mau bantuin orang susah atau ngga peduli juga urusan pribadi masing-masing. Tapi tetap aja ngenes ya ngeliat beginian wakakakakakka.

Leaving the Comfort Zone
25 Mei 2008
Dulu....waktu di Chevron sedang digalakkan program VRP (Volunteer retirement program a.k.a pensiun dini dengan pesangon gede hehehe), suamiku memberiku setumpuk kertas dari kantor yang merupakan print out seminar psikologi mengenai menyikapi perubahan. Seminar ini bertujuan untuk pump up spirit para employee yang memutuskan untuk tetap berkarir di Chevron dan akan menghadapi reorganisasi.....dan tentunya kondisi psikis yang 'ditinggal pergi' oleh rekan kerja. Intinya adalah.....bagaimana kita menyikapi suatu perubahan dan melewati perubahan itu sebagai suatu proses untuk ke tahap yang lebih baik. Hal ini Menarik banget, karena waktu itu aku sedang berada dalam situasi 'discomfort' karena harus meninggalkan baby Alifah untuk melanjutkan kuliah. Saat itu aku harus meninggalkan 'comfort zone' hidup serba nyaman dan damai di kompleks chevron untuk memenuhi komitmen ku pada keluarga yaitu menyelesaikan kuliah. Sulit banget...berat...apalagi melihat teman teman yang lain hidup enak dengan keluarganya, sementara aku mesti jauhan dari anak dan suami untuk menyelesaikan kuliah (yang tentunya dengan mata kuliah dan tugas gila gilaan). Seminar itu cukup membangkitkan semangatku. Berusaha kuat dalam fase perubahan dan percaya bahwa perubahan ini akan berdampak positif untuk kelanjutan hidupku nanti. Hasilnya....setelah melewati fase discomfort itu....rasanya puass. Pengalaman yang berharga dan jaminan masa depan rasanya ada dalam genggaman. Mungkin kondisinya akan berbeda jika aku memilih untuk tetap bertahan di comfort zone itu....aku ngga bakal jadi silvi yang sekarang....(I can't imagine deh hihihihihi).

Seorang teman yang ingin lebih baik di karirnya memberanikan diri untuk meninggalkan comfort zone bekerja di sebuah perusahaan yang merupakan the leading company di bidangnya. Dia harus menghadapi reaksi berbagai macam orang yang menilai bahwa keputusannya itu ngga tepat banget. Menurut temanku yang cerdas ini, top company belum tentu top expectation bagi karirnya. Ia tinggalkan top company itu dan masuk ke perusahaan lain dengan visi misi dan prospek lebih baik untuk karirnya. Pastinya berat...karena selain ia mesti menghadapi reaksi orang yang ngga enak....dia juga mesti beradaptasi di tempat kerja yang baru yang tentunya sangat berbeda culture dan ritme nya dengan tempat yang lama. Big decision ini dia ambil demi perubahan yang lebih baik.

Manusia adalah makhluk tuhan paling seksi....(ups)....maksudnya makhluk Tuhan paling tinggi tingkatannya di muka bumi ini dan memiliki anugrah kemampuan untuk bisa menghadapi berbagai perubahan dan adaptasi. Tinggal bagaimana manusia itu mau untuk mengoptimalkan kemampuan ini. Untuk mencapai tahapan yang lebih baik, kita harus mau meninggalkan 'zona enak' ini. Setelah proses perubahan terlewati...kita akan mendapat 'zona enak' selanjutnya (yang diharapkan lebih 'enak' dari sebelumnya hehehehe). Begitulah terus roda perjalanan hidup manusia. Tinggal milih....mau tetap di 'zona enak' yang sekarang....ato mau mendapatkan 'zona enak' yang lebih baik....itu terserah individunya. Yang jelas...tidak ada suatu pencapaian tanpa melewati suatu fase perubahan.

Mau Menikah?.... harus mau meninggalkan 'comfort zone' menjadi lajang yang bebas melakukan apa aja.

Mau langsing?....harus mau meninggalkan 'comfort zone' nikmatnya memakan makanan berkalori tinggi yang enak enak.

Mau jadi entrepreneur?...harus mau meninggalkan 'comfort zone' asyknya rutinitas kerja pergi pagi pulang petang dibayar setiap bulan dengan segala fasilitas perusahaan.

Mau bertobat?...harus mau meninggalkan 'comfort zone' serunya berbuat dosa wakakaka.

Mau sehat?...harus mau meninggalkan 'comfort zone' enaknya berleha-leha malas olahraga dan makan segalanya tanpa melihat gizinya.

dst dst dst dst dst

So sil.....siap ngga kamu meninggalkan 'comfort zone' yang sekarang demi mencapai tujuan yang gemilang itu?.....
Beginilah Jika Sudah Lama Tidak Menulis
14 Mei 2008
Karena udah lama ngga nulis...akhirnya untuk memulai menulis lagi membutuhkan energi yang besar. Mulai dari menyusun ide (kalo di pelajaran bahasa Indonesia namanya "kerangka karangan"), memilih kata-kata, menyusunnya dalam sebuah kalimat, mengecek keabsahan EYD nya (halahhh ribet banget) dst dst. Kok rasanya beraaaaat banget. Apa akunya yang menganggap ini berat ??? ah entah lah hehehe. Padahal banyak sekali yang ingin diceritakan..mulai dari perjalanan long wekeend ke maninjau& harau sampe remeh temeh tentang daily activities. Tapi kok berat...kok malas...hmm hmm hmmm. Ya sudahlah...aku mesti ngumpulin energi lagi...baca blog blog teman (seperti blog temanku ini yang membangkitkan gairah menulis lagi http://www.zikri.com/), ato bersemedi di gunung galunggung (mesti gitu....tuh kan keliatan ngga nyambungnya...salah satu efek samping sudah lama tak menulis).

Alifah juga udah complain karena tulisan di blognya ngga nambah-nambah (biasanya Alifah yang menyumbangkan ide mau nulis apa dan aku berusaha menterjemahkan dengan bahasa yang lebih enak dibaca hehehe). Padahal Alifah pengen nulis tentang carnaval nya kemarin plus pake foto-fotonya juga (nah ini lagi nambah kerjaan...fotonya RAW semua, mesti dirubah ke JPEG,compress, masukin photobucket..dst..dst...kerjaan ini dulunya menyenangkan, kok sekarang bikin males ya hehehehe). Pokoknya penyakit malas ini ngga boleh dipiara dehhhh!!!!