CDA Sharing!!!!!
27 April 2008
Kemarin ayah nya Alifah mem-foward email dari HR Chevron Rumbai. Isinya adalah permintaan menjadi pembicara di CDA Sharing awal Mei depan. Suamiku kebagian untuk sharing di depan para employee yang akan pergi CDA, nah aku kebagian sharing sama Ibu-Ibu yang akan mendampingi suaminya CDA ke USA. Wahhhh langsung deh pikiran menerawang ke masa-masa kita sekeluarga beradaptasi di USA. Suka duka itu tiba tiba muncul silih berganti. Mulai dari kedinginan di pesawat, Suamiku meninggalkan tas berisi immigration document dan pasport di taksi (errrrr), heboh nya belajar nyetir di USA, bingung nyari makanan halal, sibuknya ngurusin sekolah Alifah, hebohnya saat Alifah sakit, menghadapi berita duka dari Indonesia yang sangat menyayat hati, senangnya berkumpul dengan keluarga Indonesia di USA, susahnya cari mushalla dll dll dll. Satu persatu harus aku jabarkan dalam CDA sharing ini. Mungkin karena nanti penyampaian yang terbatas waktunya, aku akan memberi garis besarnya saja di presentation slide, diselingi dengan cerita-cerita pengalaman semasa di USA dulu. Harapanku, semoga keluarga yang akan pergi nanti bisa menjalani masa CDA dengan asyk dan menyenangkan. Mengenai pengalaman ku baik yang plus ato minus akan di-share untuk pembelajaran bagi yang lain. So mulai sekarang mesti diangsur nih bikin slide nya....!!.
I'm Crazy about HDR Photo
26 April 2008
HDR atau High Dynamic Range adalah teknik menggabungkan beberapa foto dengan exposure yang berbeda untuk mendapatkan range tone yang merata dan unik. Dilemanya nih kalo dalam foto landscape, kadang kita suka mendapat foreground yang gelap tetapi langitnya cerah....nah kalo kita naikin exposure compensationnya si foreground terang...ehhh giliran langitnya yang Over Exposure. Nah jangan dihapus dulu gambarnya, lebih baik kita mengambail suatu object yang sama dengan exposure compensation berbeda. Kita bisa mengambil gambar dengan variasi exposure compensation yang berbeda dengan menggunakan metode braketting yang tersedia di kamera SLR sekarang ini. Braketting bisa dilakukan dengan variasi exposure compensation -2, 0, +2 atau -3,0,-3...dst dst. Dari Braketting ini kita bisa mendapat 3 gambar (atau lebih) dengan exposure compensation yang berbeda-beda. Supaya braketting sukses, lakukan dengan menggunakan tripod dan continuous shot. Tripod berguna supaya kita tetap konsisten dalam menangkap object yang di-brakett, so kalo foto-fotonya ntar digabungin, objectnya bisa 'bertindih' dengan tepat di titik titik yang serupa. Lalu continuous shot adalah mengambil beberapa gambar dalam sekali tekan tombol shutter. So dengan continuous shot ini kita bisa mengambil gambar berulang kali dalam jarak waktu sepersekian detik. Hal ini berguna jika kita menangkap gambar yang ada moving objectnya (orang berjalan, daun tertiup angin, dll dll), so pergerakannya tidak terlalu signifikan dan foto tetap akurat juga saling digabung.

Nah untuk menggabungkan foto-fotonya dilakukan di komputer. Kita bisa menggunakan software digital imaging seperti adobe photoshop CS3. Tapi ada satu software khusus HDR yang oke banget yaitu Photomatix Pro. Dengan software ini, penggabungan gambar dirasa lebih gampang karena ada fasilitas alignment yang otomatis memudahkan kita dalam menggabungkan beberapa gambar dengan akurat...(apalagi kalo ngambilnya ngga pake tripod). Kehebatan lainnya, kita tetap bisa mendapatkan gambar HDR melalui photomatix ini tanpa melakukan braketting sebelumnya (cukup 1 gambar aja) karena HDR punya fasilitas menduplikat satu gambar menjadi beberpa gambar dengan exposure compensation yang berbeda. Tapi tettuuupp akan lebih bagus jika gambar gambar yang mau ditimpa itu diambil masing-masingnya dengan metode braketting. Setelah gambar gambar itu tergabung, kita bisa mengatur tone settingnya. Bisa juga kita lanjutkan final retouch di Photoshop.

Nah...aku kemarin iseng nyobain braketting untuk diproses menjadi HDR foto. Nyari nyari object di Duri...akhirnya dapat view lumayan di seputar water reservoir Duri. Sorry aja nih....karena masih jadi tukang foto lemot dan amatiran....lupa dooong bawa tripod..bagossss. Akhirnya handheld lah yang diandalkan...plus tahan napas panjang pas mencet tombol shutter hihihihihi cape deehh. Berikut tiga gambar dengan exposure compensation -2, 0 dan +2.

EV+2

EV-2

EV 0
Dari gambar bisa diliat..dengan EV-2 hijau daun kelihatan bagus dan detil pohon terlihat jelas...tapi langitnya over exposure dan detil gradasi langit kurang tajam. Di EV+2, detil langit cukup oke tetapi pepohonannya jadi gelap banget. Nah di EV 0 gradasi langit tidak setajam EV+2, dan hijau daun tidak sehijau di EV-2. Nah...ketiga gambar dengan kekurangan dan kelebihannya masing masing ini lalu digabung di Photomatix...dan hasilnya menjadi.....TADAAA :

Gradasi langit cukup memuaskan, hijau daun juga terekspos dengan baik.....refleksi danaunya pas....so semua kelebihan di tiga gambar di atas bisa digabung...dan satu gambar bisa menutup kekurangan gambar yang lain. Asyk yaaaa....hehehehehe. Konon katanya teknik Menggabungkan beberapa gambar ini dulu juga lazim dilakukan di darkroom (kamar gelap) sewaktu teknologi kamera masih analog menggunakan negatif film (bukan digital seperti sekarang). Repotnya ya bukan main hehehe...menggabungakan beberapa film di kamar gelap. Untung jaman udah canggih...apa yang dilakukan di darkroom dulu bisa dilakukan di komputer melalui software-software digital. Buatku...olah digital seperti ini si sah sah aja asal sifatnya tidak manipulatif. Selama yang kita lakukan di olah digital sama seperti yang dilakukan di darkroom...oke oke aja.







Dari Seminarnya Darwis
21 April 2008
Duuhhh udah lama banget ngga nulis. Sebenarnya sedikit dilanda kebosanan hehehehe…tapi ngga boleh dipiara…makanya lagu di blog ku ini ditukar untuk pump up semangat menulis. Sebenarnya banyak yang pengen ditulis….macem macem deh hehehe. Sangkin banyaknya bingung juga mau nulis dari mana. Mungkin kali ini aku mau share ilmu yang didapat dari trainingnya Darwis Triadi kali ya.

Tema dari workshop fotografi ini adalah "outdoor glamour photography", yang membahas mengenai memotret object (dalam hal ini model) outdoor. Walaupun judulnya outdoor, Darwis juga mengadakan sesi foto indoor (studio). Dari jam 9.30-12.00 WIB diadakan seminar dan sesi foto indoor. Jam 13.30 - 18.00 diadakan hunting foto outdoor. Acara ini diselenggarakan oleh Riau post Event Management di Rindu Sempadan Hotel Minas. Pas hunting outdoor, para peserta seminar diangkut bus menuju sebuah taman (tepatnya hutan sih hehehehe) di kawasan sekitar hotel.




Di seminarnya, Darwis mengatakan bahwa fotografi adalah ilmu cahaya. Beliau memberi tahu tips tips secret lighting yang selama ini aku buta banget deh hehehe. Bagaimana menganalisis sumber cahaya, meletakkan POI (point of interest) yang benar terhadap cahaya datang, dan mengakali jika kondisi lighting tidak mendukung. Buat beliau....seorang fotografer harus menguasai di kondisi cahaya apapun. Memang gampang banget buat seorang fotografer meng-eksplore jika kondisi cahaya berlimpah....tapi jika dihadapkan oleh kondisi lighting yang minim kebanyakan fotografer jadi 'mati gaya' alias malas meng-eksplore. Ternyata darwis lebih senang jika kondisi cahaya minim, karena sense nya dia ditantang untuk mencari cara agar membuat foto itu tetap keren walau cahaya minim. Menurutnya cahaya minim bisa menghasilkan komposisi lighting yang eksotis. Setelah membahas masalah lighting, beliau membahas masalah komposisi. Komposisi adalah 'identitas' atau 'gaya' dari seorang fotografer. Yaitu bagaimana seorang fotografer menganalisis object dan menangkapnya dengan sense of art nya. Beliau mengatakan bahwa komposisi adalah datang dari diri si fotografer itu sendiri, sifatnya abstrak. Menurutnya, mungkin sampai teknologi kamera makin canggih nanti...tidak akan ada kamera yang bisa memutuskan secara automatically bagaimana komposisi sebuah object seharusnya diambil. So komposisi itu sepenuhnya tanggung jawab sang fotografer. Selanjutnya darwis memutar sebuah film dokumenter yang merekam perjalanan dia selama pemotretan di Yogyakarta beberapa waktu lalu. Wahhh....film ini bener bener inspiring. Ternyata seorang fotografer profesional itu penuh planning...perencanaan matang....dan well organized. Beberapa hari sebelum pemotretan berlangsung, Darwis meng-eksplore lokasi pemotretan (ada malioboro, pasar burung, pasar beringharjo, candi boko, dll) bersama krunya. Berbekal cukup kamera pocket saja...beliau merekam spot-spot yang dinilai potensial untuk dijadikan tempat pemotretan. Dia menyuruh salah seorang krunya berpura-pura sebagai model untuk menganalisis komposisi dan angle yang pas di spot tersebut. Dari eksplorasi ini, selain spot yang potensial untuk pemotretan, darwis juga menganalisis sumber cahaya di spot tersebut. So pas briefing dengan krunya, beliau membicarakan perencanaan lighting seperti perletakan flash sebagai tambahan cahaya di tempat yang potensial kekurangan cahaya. Dengan perencanaan yang matang ini, energi di lokasi pemotretan tidak terbuang percuma. Hasilnya....foto foto yang sangat indah, terencana dan tereksekusi dengan baik. Oh ya...ada satu yang menarik. Dalam film ini, ternyata Darwis masih menggunakan filter Cokin P-Series gradual yang bentuknya masih seperti plat (bukan screw in seperti filter kebanyakan jaman ini). Itu pun ngga pake holder...cuma dipegangin aja ama kru nya hehehehe. Gara-gara ini, besoknya aku langsung ngontak mas Marsel...sang penjual filter P series yang jadi langganan para landscaper hehehe. harganya cukup terjangkau...apalagi yang mereknya Tian Ya (kualitas mirip ama Cokin). harganya satu plat berkisar 90 rb-150rb.

Nah...untuk hal teknis...Darwis punya tips.

Untuk foto outdoor (pose/modelling)
  • Gunakan ISO 100-200
  • Apperture F/5.6 (beliau menganjurkan angka segini karena menurutnya bukaan segini menghasilkan foto yang DOF nya tidak terlalu lebar dan tidak terlalu sempit, kecepatan yang dihasilkan juga fair jika mengaktifkan apperture priority mode)
  • Gunakan mode Apperture priority (AV). Menurutnya...biarkan kamera yang bekerja meng-adjust kecepatan yang sesuai dengan kondisi bukaan. Kita jadi lebih fokus menangkap momen.
  • Adjust exposure compensation di angka nol. Jika under atu over exposure...tinggal dinaikkan atau diturunkan saja.
  • Hati-hati jika shutter speed dibawah angka 1/60 karena akan berpotensi shaking.
  • Hindari backlight karena akan membuat object gelap.
Untuk foto Indoor
  • Gunakan ISo 400 (min) - 1600 (max), jika menggunakan built in flash, pilih ISO 800.
  • Apperture tetap di F/5.6
  • Tetap menggunakan mode apperture priority asalkan shutter speed tidak dibawah angka 1/60. Jika sulit, gunakan mode manual dengan menggunakan built in flash dengan shutter speed 1/10 atau 1/20. Flash akan membuat object freeze walaupun shutter speed rendah.
  • Exposure compensation dimulai dengan angka 0. Jika under atau over exposure, tinggal di adjust aja.
Pada saat hunting di outdoor, Darwis terjun langsung dengan peserta seminar...blend dengan yang lain. Kadang dia suka motret candid selama suasana hunting berlangsung. Eh...aku ada lho di-candid ama dia pake lensa wide nya yang L-series itu hihihihi. Entah kenapa aku yang bego ini ngga mau minta hasil fotonya. Kapan lagi difoto ama Darwis hahahahahaha.

Oh ya...darwis juga menularkan semangat meng-capture momen di mana pun kita berada. Perjalanan PKU-minas yang seharusnya cuma memakan waktu 30 menit...menjadi 2 jam buat Darwis karena dia suka berhenti di tengah jalan jika menemukan momen dan object bagus...bisa rumah penduduk, ranting kering, mobil tua, dst dst. Untuk pemilihan angle...dia ngga mau nanggung nanggung. Mau telungkup kek....jongkok kek...apapun dimanapun demi angle ok dijabanin ama dia hehehe. Terbukti pas nyampe di tempat workshop, kedua lengan dan sikunya hitam-hitam bergaris...seperti bekas bertumpu pada suatu benda kotor untuk memotret suatu object wakakakaka.

Wah workshop kemarin itu berkesan banget. Dalam perjalanan pulang ke Duri, aku dan suami jadi suka berhenti di suatu tempat jika menemukan object yang bagus (thank god ...we have our own camera know...so ngga rebutan lagi kayak anak kecil wakakakaka). Next hunting.....?? Belitung...or Sabah...??? huaaaa ngga sabar.





Yeeee Om Darwis Datang...!!!
07 April 2008
Dari informasi seorang teman sesama member portal ayofoto.com...mas Jeffry Wongso dan mas Hendrik Priyanto, aku mendapat informasi bahwa Darwis Triadi akan mengadakan seminar di Pekanbaru. Seminar ini diselenggarakan oleh Riau Pos. Berikut jadwalnya :

Hari/Tanggal : Sabtu/12 April 2007
Tempat : Hotel Rindu Sempadan (ngumpul dulu di Riau Pos)
Judul Seminar : Digital Outdoor Fashion Photography
Biaya Seminar : Rp 300.000 (include sertifikat, seminar kit, hunting foto, luch)

Untuk pendaftaran bisa dilakukan di :
  • Riau Post Eventmanagement, Jl. A. Yani 29A 2nd floor, Pekanbaru, telp (0761) 29985
  • Asia Baru Foto, Jl. Jend. Sudirman No.133, Pekanbaru, telp (0761) 21883
Wah kebayang deh serunya bisa belajar dari master fotografi Indonesia. I Can't wait......!!!!!!
My New Filters....!!
Finally...filter yang aku pesan datang juga. Dua filter 'must have' ini aku pesan online melalui Jakarta Photography Center Kemang (JPC Kemang). Filter-filter ini adalah Hoya Super CPL 62 mm dan Hoya ND4x 62 mm. Apa gunanya filter-filter ini..?? Filter CPL (Circular Polarizing Linear) berguna untuk mengurangi refleksi yang ditimbulkan oleh air laut, permukaan berkilat, dll. Filter CPL juga berguna untuk membuat langit semakin biru dan membuat awan seolah-olah lebih 'hidup' dan 'pop up'. Kita tinggal memutar ring nya untuk mendapatkan gradasi warna yang kita inginkan. Jika CPL digunakan untuk foto landscape...kita akan dapat kontras warna yang lebih oke dan lebih tajam. Berikut contoh nya kalo pake filter CPL dan yang tidak pake filter.


mantap kaan???. Bisa dilihat dari dua gambar di atas...yang ngga pake filter kelihatan refleksi air yang sedikit mengganggu foto....jika ditambahkan filter, warna biru air laut semakin 'dalem'. Kita tinggal atur gradasi biru yang kita ingin kan dengan memutar ring filter ini.

Filter yang ke dua adalah filter ND4x. (Neutral Density). Filter ini berguna untuk mempertajam Depth of Field (DOF)...artinya objek yang kita bidik akan tajam dan background di belakangnya akan blur. Hal ini sih sebenarnya bisa dicapai dengan mengatur apperture dan shutter....tapi hasilnya ngga semaksimal kalo pake filter. Kalau kita mau foto air terjun, efek 'halus' pada air terjun akan lebih jelas. Berikut ini hasil gambar menggunakan filter ND :




Tanpa ND Filter

Dengan ND Filter

So untuk hunting foto model outdoor akan lebih okeh kalo pake ND Filter, karena DOF yang dalam hal ini adalah si model akan terlihat sangat tajam. Jika ND Filter + CPL filter = Ultimate landscape photo....WIPIIIIIIII.

Pada saat hunting foto dengan Fofod Club kemarin, aku memakai ND filter ini untuk 'mempermudah' mendapatkan ketajaman objek. Berikut hasil jepretan ku memakai Filter Hoya ND 4x :


Mungkin karena gambarnya kecil agak kurang ok ya....tapi di gambar kelihatan si model dan pohon tempat ia bersandar lebih tajam daripada background yang lain. Ehm....mumpung masih ngomongin hunting foto....berikut ini foto yang lain hasil jepretanku di hunting foto bareng fofod.



Yah masih jauh lah dari hasil foto nya om Darwis Triadi hehehehe. Tapi hunting foto kemarin menambah ilmu dan jam terbang ku di dunia fotografi. Ada yang bersedia jadi model??? contact me please.....gratis kok...masih tahap belajar ni hehehehehe.
Mari Kita Berbicara Makna Fotografi yang Sesungguhnya..!!
06 April 2008
Berbicara tentang filosofi sebuah nilai fotografi...adalah lebih dari sekedar membicarakan the triangle (Shutter,Apperture,ISO), teknologi Kamera, Lensa wahid, Olah digital, dll. Tapi 'beyond' dari itu semua....yaitu makna dari sebuah gambar. Bagaimana sebuah gambar bisa berbicara banyak tanpa ia harus mengeluarkan sepatah kata pun....bisa memperlihatkan sesuatu dengan nyata tanpa kita mesti berada di sana...bisa mengirimkan suatu pesan yang membukakan mata hati dan pikiran seketika tanpa membuat kita harus berpikir panjang.

Perkenalkan Kevin Carter, seorang fotografer pemenang Pulitzer Award tahun 1994. Dia melangkahkan kakinya ke tempat yang sangat jauh dari kata makmur. Tempat di mana orang sangat merindukan sesuap makanan yang akan memperpanjang hidup mereka dalam setiap detiknya. Tempat yang tidak akan kita bayangkan betapa sengsaranya di sana. Kevin mengambil foto seorang bocah kelaparan meringkik sujud dengan badan yang cuma berselaput tulang dan kulit. Bocah ini merasakan kelaparan yang amat sangat (tentunya beribu kali dari rasa lapar saaat kita berpuasa tanpa sahur yang biasa dikeluhkan). Di belakang sang bocah berdiri dengan tegapnya seekor burung vulture..burung predator pemangsa mamalia...yang menonton sang bocah seakan-seakan dia menanti detik-detik kematian bocah malang ini untuk kemudian menjadi santapannya. Ukuran tubuh sang bocah pun tidak lebih besar dari ukuran burung predator itu. Miris....sakit....sangkin sakitnya, Kevin Carter pun bunuh diri setelah 3 bulan memenangkan pulitzer atas foto nya yang luar biasa ini. Penderitaan sang bocah ini membayangi Kevin di setiap hari-harinya. Dia merasa makanan yang dia makan tiap hari sudah tidak dirasakan nikmat nya lagi karena di ujung belahan dunia sana ada sebagian manusia yang kelaparan. Dalam surat bunuh diri nya Kevin menulis "I am haunted by the vivid memories of killings & corpses & anger & pain....of starving wounded children..." begitu menghayatinya ia akan penderitaan anak-anak kelaparan...membuat dia pun mengakhiri hidupnya. Tragiss!!!!. Sebelumnya Kevin pernah menulis sebuah surat sehubungan dengan foto nya ini :

He said: Dear God,

I promise I will never waste my food no matter how bad it can taste and how full I may be. I pray that He will protect this little boy, guide and deliver him away from his misery. I pray that we will be more sensitive towards the world around us and not be blinded by our own selfish nature and interests.


I hope this picture will always serve as a reminder to us that how fortunate we are and that we must never ever take things for granted.

Please don't break.. keep on forwarding to our friends On this good day. Let's make a prayer for the suffering in anywhere anyplace around the globe and send this friendly reminder to others "Think & look at this... when you complain about your food and the food we wasted daily.......
.

Berikut adalah foto hasil jepretan Kevin yang berhasil memenangkan Pulitzer Award tahun 1994



Kevin....you're a real photographer. Fotografer sejati yang mampu memberikan 'nyawa' dalam setiap bidikannya. Setiap gambar yang tercipta memiliku 'ruh' yang mampu mengguncang jiwa orang yang melihatnya. Dia menginspirasiku untuk lebih 'fight' dalam kondisi apapun untuk merekam momen...(bunuh diri nya pastinya ngga bakal aku lakukan hehehe). Sebuah foto dinilai bukan hanya dari segi teknis (tone, komposisi, exposure, dll) tapi cerita di belakang nya lah yang turut memberikan kontribusi. Bagaimana foto itu di ambil, di mana lokasinya, cara mencapai lokasinya, dalam keadaan apa si fotografer mengambilnya, dll dll dll. Semua itu akan memberikan 'nyawa' untuk sebuah foto. Kemarin di forum ayofoto.com...seorang fotografer kecewa karena hanya diberi nilai bintang dua oleh fotografer yang lain. Sang fotografer garang karena tak selayaknya si fotografer lain itu memberikan hanya bintang dua setelah usaha dan tenaga yang ia kerahkan demi terciptanya foto itu.....bahkan katanya nilai bintang dua itu lebih buruk dari foto jiplakan yang pernah masuk di Ayofoto.com. Artinya di sini...sang fotografer tidak mau dinilai dari segi technical nya saja....tapi bagaimana ia mengusahakan foto itu bisa terekam pun juga masuk sebagai suatu item penilaian.

So...tumbuhkan semangat pantang menyerah dan jiwa jurnalisme demi sebuah foto yang sangat berharga..!!!!

SALAM JEPRET...!!